Editorial: Menganaktirikan Petani-Nelayan

Written By Unknown on Jumat, 26 September 2014 | 11.36

TRIBUNMANADO.CO.ID - Di sekolah, kala guru bertanya kepada para murid apa cita-cita mereka, yakinlah tak ada yang menjawab ingin menjadi petani atau nelayan. Mungkin saja ada yang menjawab begitu tapi langsung ditertawai.

Dua profesi itu memang selama ini dianaktirikan, baik oleh dunia pendidikan maupun ketenagakerjaan. Kita punya fakultas yang berhubungan dengan dua profesi mulia itu, tapi apakah para lulusan lantas ingin menjadi petani atau nelayan? Berapa banyak petani dan nelayan kita lulusan perguruan tinggi? Bisa jadi hanya mereka yang tak dapat melanjutkan pendidikan yang mengisi dua profesi itu.

Lalu, pernahkah pemerintah kita membuka formasi calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk menjadi petani dan nelayan? Yang ada tenaga penyuluh pertanian atau perikanan. Lihat saja, pemerintah selalu menyatakan berpihak pada pertanian dan kelautan tapi tak berminat menumbuhkembangkan minat orang-orang terjun ke dalamnya.

Sulawesi Utara, daerah yang menjadi surga para petani dan nelayan. Kita pernah berbangga atau dapat dikatakan bersombong, di saat Indonesia kena imbas krisis moneter dunia pada 1997 dan memuncak pada 1998, Sulut dapat dikatakan tidak merasakan dampaknya. Di saat daerah-daerah lainnya menderita, warga di Bumi Nyiur Melambai bahkan masih bisa berpesta. Mengapa? Kita semua tahu jawabannya, pertanian daerah ini begitu kuat menopang.

Usia 50 tahun yang baru saja ditapaki sudah cukup mendewasakan daerah ini. Pembangunan pun begitu tampak. Sejumlah megaproyek sementara dan siap dilaksanakan. Proyek-proyek raksasa itu diharapkan mendongkrak perekonomian Sulut ke depan. Namun, yang terlupakan adalah perhatian pada pertanian dan nelayan. Lihat saja, tak ada lagi Gerakan Sulut Menanam dan Gerakan Sentuh Tanah. Lahan pertanian pun sudah perlahan-lahan ditinggalkan seiring harga produk pertanian yang tak menjamin. Tak hanya itu, pemerintah dan sejumlah pihak lebih memilih menghadirkan tambang di Pulau Bangka ketimbang berpegang pada konservasi.

Dalam usia yang baru ini Gubernur Sarundajang sempat mengakui bahwa masih banyak warga miskin di daerah ini. Tribun Manado edisi Kamis, 25 September 2014, juga mengulas persoalan pengangguran di daerah ini. Akankah sejumlah megaproyek itu nanti mengurangi angka kemiskinan di Sulut dan membuat semua warga di Sulut memiliki pekerjaan? Ini meragukan, karena tak banyak pabrik di Sulut yang langsung mengolah hasil pertanian dan kelautan kita.

Kita jangan melupakan pertanian dan kelautan yang selama ini menjadi kekayaan daerah ini. Jika kita melihatnya sebagai potensi besar, kita harus menciptakan paradigma bahwa petani dan nelayan adalah profesi berharga.(*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Editorial: Menganaktirikan Petani-Nelayan

Dengan url

http://dimanadoyodo.blogspot.com/2014/09/editorial-menganaktirikan-petani-nelayan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Editorial: Menganaktirikan Petani-Nelayan

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Editorial: Menganaktirikan Petani-Nelayan

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger