Sawah Mengering, Petani Kotamobagu Beralih Tanam Ini

Written By Unknown on Kamis, 16 Oktober 2014 | 11.35

TRIBUNMANADO.CO.ID, KOTAMOBAGU - Matahari memang sudah bergeser ke ufuk barat, namun panasnya masih terasa menyengat di kulit. Pesawahan di Kelurahan Inobonto, Kecamataan Bolaang Kotamobagu, kian terlihat kerontang. Tanahnya terbelah seperti bongkahan-bongkahan. Namun Sanawiyah (43) dan tiga anaknya terlihat telaten memeriksa tanaman semangka.

Tak seperti lahan-lahan pesawahan di sekitarnya yang dibiarkan mengering dan penuh dengan rerumputan liar. Sebidang tanah yang disewa oleh anak tertuanya, Kartini Salu (26), terlihat ratusan semangka yang siap dipetik. Tanah dipagari dengan kawat berduri.

"Bukan apa-apa, pagar ini untuk mencegah sapi-sapi masuk. Kalau manusia yang mencuri, paling satu-dua, tapi kalau sapi yang masuk bisa rusak semua lahan," ujar Sanawiyah mengemukakan alasan pembuatan pagar itu.

Menaman semangka merupakan pengalaman pertamanya. Dia memanfaatkan musim kemarau yang kali ini sambil menunggu musim penghujan tiba. Semangka memang cocok ditanam pada cuaca yang panas. Usia tanam pun relatif pendek dibandingkan padi. Hanya 70 hari sejak ditanam, buah ini sudah bisa dipanen.

"Penyiraman pakai air tetap ada, tapi tanaman ini kan tidak perlu air yang banyak. Kalau banyak air justru akan busuk. Cukup seminggu sekali," kata Sanawiyah menjelaskan.

Pemupukanya pun tak terlalu repot. Hanya sekal saja pemupukan menggunakan urea dan ponska. Sementara untuk bibit, juga tidak terlalu susah. Harga bibit satu kantung bervariasi. Bibit yang paling murah seharga Rp 45 ribu. Tapi ada juga yang harganya mencapai Rp 125 ribu.

Semangka ini, mereka jual sendiri. Mereka membuat jongko sederhana di tepi jalan Trans Sulawesi.  "Harganya bervariasi tergantung besar dan kecil serta jenis semangka. Kami juga jual per kilo. Tapi ada juga yang membeli borongan untuk dijual kembali. Tiap hari, paling sepi dapat Rp 100 ribu," kata dia.

Terpisah,  Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Taufik Mokoginta mengatakan, langkah yang dilakukan para petani itu sudah tepat. "Dengan mengalihkan tanaman lain itu berarti petani telah mampu memaksimalkan pemanfaatan lahan," ujar Taufik.

Taufik menjelaskan, sawah di wilayah Lolak dan Sangtombolang adalah lahan tadah hujan. Lahan tersebut bisa berproduksi bila musim penghujan. Berbeda dengan wilayah Lolayan dan Dumoga yang menggunakan irigasi teknis. (edi sukasah)


Anda sedang membaca artikel tentang

Sawah Mengering, Petani Kotamobagu Beralih Tanam Ini

Dengan url

http://dimanadoyodo.blogspot.com/2014/10/sawah-mengering-petani-kotamobagu.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Sawah Mengering, Petani Kotamobagu Beralih Tanam Ini

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Sawah Mengering, Petani Kotamobagu Beralih Tanam Ini

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger