Tajuk Tamu : Indonesia Telah Memilih

Written By Unknown on Kamis, 24 Juli 2014 | 11.35

Meike Imbar
* Dosen Universitas Negeri Manado
       

TRIBUNMANADO.CO.ID - Selesai sudah ingar bingar selama ini. Usai sudah berbagai retorika dan pencitraan yang disajikan dalam beberapa waktu ini. Meskipun pada sisi yang lain Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI ke-7 ini menyisakan berbagai pertanyaan, kesimpulan, dan keterperangahan yang belum tuntas, satu hal yang telah pasti adalah rakyat Indonesia telah memilih dan  dengan cerdas, bersatu, transparan dan penuh kedamaian telah mengawal pilihannya. Pilihannya pun berdasar, jelas, gamblang, dan fokus.

Inilah letak kebermaknaan suatu kedaulatan yang dengan penuh kesadaran dan partisipatif  telah dikonkretkan rakyat melalui wadah pemilihan umum presiden (pilpres). Dan inilah juga kemenangan dari demokrasi - di mana rakyat yang lebih tahu dan lebih berhak menentukan arah dari suatu pemerintahan melalui kedaulatannya memilih pemerintah itu sendiri.

Filosofi kuno Tionghoa mengatakan "air dapat menopang perahu, tetapi juga dapat menenggelamkannya" menjadi suatu peringatan bagi setiap pemerintah bahwa air (rakyat)-lah yang mengangkat pemerintah ke atas, yang mendukung, menopang untuk berjalan demi dan untuk rakyat itu sendiri. Pilpres telah selesai. Namun, konsekuensi dari pilihan rakyat pada 9 Juli 2014 yang disahkan oleh KPU pada 22 Juli 2014 akan membentang di perjalanan ke depan dalam waktu lima tahun mendatang bahkan seterusnya. Untuk itu, penting bagi pemerintah (baru) maupun rakyat menghayati arti/makna maupun konsekuensi dari pemilihan ini.

Makna pemilihan

Pemilu yang diselenggarakan negara memang merupakan perwujudan dari sistem demokrasi yang disepakati bersama dianut oleh bangsa ini. Melalui pemilu, termasuk di dalamnya pilpres, rakyat menyatakan kedaulatannya sebagai pemegang hak kekuasaan atas negara. Setelah pemilihan usai, tidak diartikan bahwa rakyat dianggap selesai dan pemerintah atau legislator yang memegang kekuasaan selanjutnya. Rakyat tetap adalah pemegang kekuasaan, hanya diamanatkan atau dimandatkan kepada pemerintah dan legislator. Dalam konteks ini, peran rakyat menjadi observer, pengamat, pelurus, penyeimbang kepada pemerintah agar program-program pemerintah benar-benar berjalan sesuai dan untuk kepentingan rakyat.

Persoalan yang sering terjadi adalah ketika pemilihan usai, disusul dengan pelantikan, pembentukan kabinet, sidang-sidang MPR/DPR/DPRD, rakyat yang adalah sasaran dari berbagai program pemerintah justru diabaikan dan mengabaikan. Muncullah apa yang santer di masyarakat bahwa rakyat hanyalah obyek pelengkap penderita! Dan di sisi rakyat, kesalahan yang sama juga diberlakukan yaitu rakyat merasa tugasnya usai, tidak mau pusing dengan kinerja pemerintah dan legislator, sibuk dengan urusannya untuk mencari sesuap nasi dan pemantauan kinerja pemerintah, dan legislator menjadi urusan LSM saja. Rakyat kebanyakan berada pada posisi "diam" atau "comfort zone". Kesalahkaprahan ini yang mesti diperbaiki.

Pemerintah harus terus fokus dalam memberdayakan rakyat, legislator terus mendengar suara rakyat, membahasnya dengan pemerintah (eksekutif) dan menuangkannya dalam bentuk-bentuk program pemaslahatan rakyat. Sebaliknya, rakyat harus terus mengkritisi kinerja pemerintah dan legislator dan dengan elegan menyuarakan kepentingan-kepentingannya untuk diperhatikan oleh pemerintah.

Dalam hal ini peran media massa menjadi penting sebagai wadah menampung aspirasi rakyat untuk diteruskan kepada yang berwewenang. Pemilu dan pilpres telah usai, tetapi makna pemilihan tidak selesai; pemilihan dan hasil-hasilnya harus terus dimaknai oleh rakyat dengan berpartisipasi aktif mengawal pemerintah dan legislator dalam mengimplementasikan janji-janji kampanyenya. Era baru bagi pemerintah yang mengedepankan rakyat akan kita jelang bersama. Mari berpartisipasi dengan elegan mengawal pilihan kita untuk menunaikan amanat penderitaan rakyat.

Konsekuensi pemilihan

Hasil rekapitulasi KPU pada Selasa, 22 Juli 2014 pukul 20.00 WIB (pukul 21.00 Wita) telah menyatakan bahwa pasangan Nomor 2 Ir H Joko Widodo dan Drs H Jusuf Kalla sebagai pemenang pilpres dengan total persentase suara sebesar 53,15 persen atau 70.997.883 suara; dengan demikian kita bangsa Indonesia akan resmi memiliki presiden dan wakil presiden yang baru pada 20 Oktober 2014 dengan dilantiknya beliau-beliau tersebut menggantikan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Budiono (catatanp : hal ini bisa berjalan mulus jika pihak yang kalah dengan legowo menerima hasil rekapitulasi KPU atau MK memutuskan demikian).

Pilihan 53,15 persen rakyat di sisi lain meninggalkan konsekuensi yang mau atau tidak mau harus diterima oleh kita semua. Konsekuensi itu adalah kita rakyat sepakat memulai suatu era pemerintahan yang benar-benar berbeda dari pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, sekaligus pula era kehidupan bermasyarakat yang berbeda. Rasanya tidak adil jika kita sebagai rakyat hanya menghendaki pemerintah yang berubah namun kita rakyat tetap dengan model mental kita selama ini. Jika selama ini mental kita sebagai rakyat dalam kacamata Koentjaraningrat (1974:50) adalah (1) sifat mentalitet yang meremehkan mutu; (2) sifat dan mentalitet yang suka menerabas; (3) sifat tak percaya kepada diri sendiri; (4) sikap tidak berdisiplin murni; dan (5) sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggungjawab yang kokoh; di mana menurut beliau sifat mentalitet tersebut merupakan akibat dari revolusi yang dialami bangsa ini.

Model mental sebagaimana digambarkan Koentjaraningrat ini tentu harus menjadi komitmen kita bersama untuk diubah sebagai konsekuensi pilihan kita kepada pasangan yang mengusung "Revolusi Mental". Kita semua menyadari betapa sifat mentalitet tersebut telah memasung diri kita sebagai bangsa untuk mengejar ketertinggalan kita dari bangsa-bangsa lain. Jadi, mari bersiap untuk memikul konsekuensi perubahan mentalitet, dari mentalitet yang menghambat pembangunan kepada mentalitet yang mendorong pembangunan yaitu mentalitet yang mengutamakan mutu, mentalitet kerja keras, berusaha, bekerja sama, bertanggung jawab, dan berdisiplin. Hanya dengan mentalitet yang seperti inilah Indonesia Baru yang dicita-citakan bersama akan terwujud. Indonesia telah memilih dan siap memaknai serta memikul konsekuensi dari pilihannya.(*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Tajuk Tamu : Indonesia Telah Memilih

Dengan url

http://dimanadoyodo.blogspot.com/2014/07/tajuk-tamu-indonesia-telah-memilih.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Tajuk Tamu : Indonesia Telah Memilih

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Tajuk Tamu : Indonesia Telah Memilih

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger