Konsep Kekeluargaan Bikin Usaha Kuliner Ini Sukses

Written By Unknown on Kamis, 31 Juli 2014 | 11.35

TRIBUNMANADO.CO.ID, MAGELANG – "Barang siapa menaman kebaikan, maka ia akan mendapat kebaikan pula", prinsip inilah yang menjadi pegangan hidup Slamet Riyanto (55), pengusaha kuliner Kupat Tahu Gimbal di Blabak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kalimat sederhana namun sarat makna itu pula yang dipakai Slamet dalam menjalankan roda bisnisnya.

Slamet tidak sekadar mencari keuntungan dalam berbisnis, akan tetapi lebih kepada upaya mendekatkan diri kepada Tuhan, menjalin kekeluargaan serta menolong kaum dhuafa. Pria yang akrab dipanggil Slamet Ragil ini pun membuktikan bahwa konsep bisnis yang ia jalani mampu sukses dan bertahan hingga hampir satu dekade.

Lalu seperti apa konsep bisnis kuliner Kupat Tahu yang ditawarkan pria asal Semarang ini?

Kepada Kompas.com, Slamet membeberkan bahwa ia hanya bermodal kepercayaan dan kekeluargaan dengan mitra kerjanya. Ini berbeda dengan sistem waralaba yang kini tengah popular.

Jika waralaba murni, mitra kerja harus membayar segala macam kompensasi dan fee untuk bisa membuka bisnis produk yang sama di tempat berbeda. Sedangkan konsep ala Slamet, mitra kerja cukup membayar Rp 4–5 Juta saja untuk seumur hidup.

"Tanpa kompensasi dan fee apapun selamanya. Mitra kerja sudah bisa membuka cabang usaha kuliner Kupat Tahu milik saya," tutur Slamet, pekan lalu.

Kendati demikian, Slamet tetap memberikan ketentuan dan syarat kepada mitra kerjanya. Mulai dari penentuan lokasi, SOP hingga perekrutan tenaga kerja. Satu hal yang wajib dilakukan mitra kerja, tegas Slamet, yaitu harus menghidupi kaum dhuafa dan anak-anak yatim.

"Jika modal usaha sudah kembali, maka selanjutnya mitra harus menyedekahkan sebagian hasil keuntungan penjualan kepada kaum dhuafa dan anak-anak yatim setiap bulan. Ini lah kunci keberhasilan usaha saya," tandas Slamet mantap.

Di samping itu, untuk menyamakan rasa Kupat Tahu di seluruh cabang usahanya, Slamet membuat inti bumbu yang harus dipakai oleh mitra usaha. Inti bumbu yang dibuat memakai aneka rempah tradisional itu dimasak dengan cara digongso (sangrai) hingga kering, sehingga bisa awet sampai tiga bulan.

Mengedepankan Kualitas Produk

Meski Slamet tidak memungkiri bahwa keberhasilan usaha warung Kupat Tahu miliknya bukan semata karena konsep kekeluargaan yang ia pakai. Akan tetapi juga karena faktor kualitas dari produknya. Pilihan Kupat Tahu sebagai produk bisnisnya bukan tanpa alasan. Karena makanan ini merupakan makanan asli Magelang yang banyak memiliki penggemar.

Di kawasan Blabak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, memang terkenal dengan "sentra" warung kupat tahu. Namun setiap warung memiliki ciri khas dan rasa yang berbeda. Seperti pada umumnya, kupat tahu milik Slamet terdiri bahan dasar ketupat, kol, tauge, tahu dengan campuran kuah kacang. Namun ada bumbu yang rempah-rempah yang membuat kupat tahu miliknya berbeda dan khas.

Selain Kupat Tahu, Slamet juga menambahkan menu lain seperti Soto Semarang dan Dawet Hitam Purworejo. Semua menu disajikan dengan cara yang mengedepankan kualitas, kebersihan dan kesehatan. Tanpa pemanis, pewarna, pengawat dan perasa.

"Saya pakai resep orangtua. Mereka pesan bahwa menjaga kualitas makanan, kebersihan, harga terjangkau, dan pelayanan konsumen harus menjadi prioritas," kata mantan salesman itu.

Slamet lantas menceritakan bahwa keberhasilan yang ia peroleh sekarang bukan tanpa usaha. Jatuh bangun menjalankan bisnis kuliner yang sejatinya bukan bidang yang dia pelajari di bangku sekolah sering ia rasakan.

"Mungkin lebih dari 10 kali saya ditipu mitra bisnis, bahkan oleh sahabat saya sendiri. Tapi itu pelajaran, jadi motivasi saya untuk tetap bekerja dengan jujur," tutur dia.

Resep Warisan Orangtua
Kedua orang tua Slamet adalah penjual Soto di Semarang. Ketika keduanya semakin renta, tidak ada satu pun dari empat anak perempuannya yang mewarisi bakat memasak dan berdagang makanan. Lantas, sebagai satu-satunya anak laki-laki Slamet memberanikan diri untuk terjun berbisnis kuliner mewarisi orang tuanya.

Padahal, ketika itu Slamet sudah tergolong mapan setelah lebih dari 20 tahun bekerja sebagai supervisor di perusahaan nasional.

"Bapak saya meyakinkan saya bahwa setinggi apapun jabatan seseorang maka akan tetap karyawan. Tetapi sekecil apapun usaha seseorang maka ia adalah bos-nya. Dari situ saya mulai berpikir untuk merubah nasib saya. Apalagi anak-anak saya yang beranjak dewasa membutuhkan biaya yang semakin tinggi pula," ungkap dia.

Sekitar tahun 2007, Slamet memulai bisnis Kupat Tahunya dibantu oleh sang Istri. Dari uang gajinya sebagai Supervisor dan pinjaman Bank, ia mengontrak warung kecil di kawasan Blabak. Kurang dari setahun, usahanya bisa berkembang hingga akhirnya ia dapat membeli rumah untuk dijadikan warung tetap.

"Waktu itu saya tidak dikasih modal sepeserpun dari orang tua. Tapi justru jadi tantangan.Saya terus berpromosi meskipun hanya dari mulut ke mulut. Terutama disesama salesman. Dari situ berkembang sampai ke masyarakat luas," urai Slamet.

Cabang pertama warung Kupat Tahu Gimbal dan Soto Semarang miliknya di Kabupaten Purworejo. Berawal dari permintaan kawannya sesama salesmen yang baru saja di-PHK. Slamet pun menyarankan untuk membuka warung seperti dirinya dengan sistem kerjasama kekeluargaan.

Tidak disangka, cabang pertamanya berhasil. Sampai kemudian banyak permintaan untuk menjadi mitra bisnisnya. Hingga saat ini tercatat ada 56 cabang warung Kupat Tahu Gimbal dan Soto Semarang Slamet Ragil yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, DKI Jakarta, Bali, Sumatra dan Kalimantan.


Anda sedang membaca artikel tentang

Konsep Kekeluargaan Bikin Usaha Kuliner Ini Sukses

Dengan url

http://dimanadoyodo.blogspot.com/2014/07/konsep-kekeluargaan-bikin-usaha-kuliner.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Konsep Kekeluargaan Bikin Usaha Kuliner Ini Sukses

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Konsep Kekeluargaan Bikin Usaha Kuliner Ini Sukses

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger