Terkait Kelangkaan BBM, DPRD Manado Jadwalkan Panggil Pertamina

Written By Unknown on Kamis, 29 Mei 2014 | 11.36

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Kelangkaan bahan bakar minya (BBM) beberapa hari terakhir dimanfaatkan para pengecer di pinggir jalan. Khusus premium atau bensin, mereka menaikkan harganya menjadi Rp 9.000 atau Rp 10 ribu per botol.

Dalam keadaan normal bensin per botol dihargai Rp 8.000. Per liter mereka membelinya di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Rp 6.500. Banyaknya bensin dalam botol yang dijual para pengecer tersebut tidak sama, ada yang mengisi penuh botol, ada juga yang tidak.

"Saya menaikkan Rp 1,000 karena dekat-dekat ini susah dapat bensin," kata Nita, satu di antara pengecer bensin di Minahasa Utara, Rabu (28/5/2014).

Ia mengakui, berdagang bensin eceran memberi keuntungan yang lumayan. Tak tanggung-tanggung dia membagi tugas dengan suaminya. "Suami saya antre di SPBU bawa mobil pick-up dengan kapasitas tangki 45 liter," katanya kepada Tribun Manado.

Suaminya bolak-balik mengisi tangki kendaraan di SPBU Kairagi dan SPBU Politeknik. Namun, akhir-akhir ini suaminya itu sulit dapat bensin karena harus antre lama. "Biasanya dalam sehari suami bisa bolak balik 3-4 kali, tetapi sekarang hanya dua kali karena antrean panjang," terang ibu ini.

Kata dia, mobil itu tidak hanya digunakan menampung bensin. Bila sudah mendapatkan bahan bakar itu, suaminya mencari penumpang. "Biasanya suami tarik penumpang dan malam hari antre bensin lagi di SPBU. Dia juga membawa jeriken kapasitas 20 liter," tambahnya.

Selama masa kelangkaan ini ia mengaku bisa menjual bensin 90 hingga 100 liter per hari. "Sebelumnya harga Rp 8.000 hanya terjual 40-50 liter, sekarang saya naikkan Rp 9.000 banyak yang nyari, bolehlah dapat keuntungan Rp 200-250 ribu per hari," tutupnya.

Atas kelangkaan yang terjadi DPRD Manado menjadwalkan pemanggilan PT Pertamina untuk memberi klarifikasi. "Kami sudah menyampaikan kepada Sekretariat DPRD untuk membuat undangan minta klarifikasi tentang kelangkaan tersebut," kata Wakil Ketua Komisi B Bobby Daud.

Bobby mengatakan, rapat dengar pendapat tersebut harus dilakukan untuk meminta kejelasan, mengapa sampai terjadi kelangkaan BBM jenis premium di Kota Manado dan bagaimana solusinya. Rapat dengar pendapat tersebut perlu sebagai bentuk kepedulian masyaraat, karena yang tersentuh ini adalah kepentingan rakyat umum yang menderita karena kelangkaan BBM.

Ia mengatakan, Pertamina harus bisa menjelaskan apa penyebab kelangkaan BBM di Manado, dan solusi apa yang bisa ditempuh sehingga masyarakat tidak menjadi korban. "Kami tidak mungkin tutup mata dengan kenyataan yang ada sekarang, karena masyarakat menjerit dan menuntut agar hal tersebut diperhatikan," katanya.

Selain itu, menurut Bobby, Pertamina juga harus menegaskan sikap kepada SPBU agar tidak memberikan atau menjual premium kepada para pengecer karena hal tersebut menjadi salah satu pemicu kelangkaan. Jika jatah masyarakat dijual oleh SPBU ke pedagang pengecer, maka premium yag bisa dijual selama empat hari jadi berkurang tinggal dua hari karena sudah dijual kepada yang seharusnya tidak menerima.

"Sebab itulah kami akan minta agar mereka memberikan klarifikasi tentang hal tersebut, agar jelas duduk masalahnya dan solusinya seperti apa," katanya.  

Kelangkaan BBM jenis premium di Manado sudah terjadi lebih dari dua hari, yang terlihat dengan panjangnya antrean di 17 SPBU.
Sementara itu, Pertamina menjamin stok BBM di Sulut cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. "Ketahanan stok BBM tetap normal 10 hari, dan ini mampu penuhi kebutuhan, karena itu masyarakat supaya tidak melakukan pembelian berlebih," kata Sales Eksekutif BBM Retail Pertamina Manado Arief Rachman.

Arief mengatakan, kebutuhan BBM di Sulut rata-rata setiap hari sebanyak 1.000 metrik ton dan stok yang ada sangat cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. "Pertamina berupaya semaksimal mungkin menjaga stabilitas masyarakat terkait dengan pemenuhan BBM. Bisa dipastikan stok di Sulut normal," jelas Arief.

Karena itu, Pertamina berharap masyarakat jangan khawatir karena stok BBM sangat aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik premium, solar, maupun pertamax. Pihaknya juga berharap pemerintah mendukung Pertamina dalam menjaga kestabilan BBM di lapangan. Harus dijaga juga jangan ada yang spekulasi beli BBM di Manado dan dijual ke daerah lain seperti Minahasa Selatan dan Bolaang Mongondow.

"Pemerintah bisa support Pertamina untuk bantu menenangkan masyarakat, kasih informasinya yang tepat agar tidak terjadi 'panic buying' sehingga menyebabkan antrean yang panjang," jelasnya.

Antrean di beberapa SPBU yang ada di Kota Manado dan sekitarnya diperkirakan karena banyak orang dari Minsel dan Bolmong yang membeli BBM di Kota Manado. Kurangnya pasokan BBM ke Minsel dan Bolmong akibat kapasitas jembatan di Matani Tumpaan yang tidak memadai sehingga menghambat distribusi bahan bakar minyak (BBM) di beberapa kabupaten/kota di daerah tersebut.

"Saat ini, jembatan di Matani Minsel dibongkar untuk perbaikan sehingga mobil tangki BBM tidak bisa lewat," kata Arief.

Ada jembatan darurat yang disiapkan namun kapasitas hanya 8 ton, sehingga mobil tangki tidak bisa melewatinya. "Pertamina telah menyurat ke Balai Pemeliharaan Jalan Nasional (BPJN) dan laporan ke Gubernur Sulut, solusi yang paling cepat kapasitas jembatan darurat harus di tambah supaya bisa di lewati mobil dengan kapasitas 20-30 ton," jelas Arief.

Saat ini jembatan tersebut sudah dapat dilalui kendaraan Pertamina untuk menyalurkan BBM ke Minsel dan Bolmong Raya.


Anda sedang membaca artikel tentang

Terkait Kelangkaan BBM, DPRD Manado Jadwalkan Panggil Pertamina

Dengan url

http://dimanadoyodo.blogspot.com/2014/05/terkait-kelangkaan-bbm-dprd-manado.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Terkait Kelangkaan BBM, DPRD Manado Jadwalkan Panggil Pertamina

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Terkait Kelangkaan BBM, DPRD Manado Jadwalkan Panggil Pertamina

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger