TRIBUNMANADO.CO.ID-Olahraga futsal merupakan satu di antara olahraga yang sangat populer di kalangan anak muda. Tak heran jika hampir semua tempat futsal yang ada di Kota Manado selalu dipenuhi oleh anak muda.
Glen, warga Kalawat punya banyak cerita tentang pengalamannya bermain futsal di Manado. Cerita mengalir runtun tentang serunya permainan itu, hingar bingar di lokasi futsal pada akhir pekan hingga hal - hal sepele namun berkesan baginya. Dengan tertawa lepas, Glen mengakhiri ceritanya dan terus tersenyum setelah itu. Remaja berumur 18 tahun ini mendadak muram, ketika ditanya mengapa ia harus jauh - jauh ke Manado hanya untuk bermain sepakbola.
"Di Minut tak ada tempat main futsal atau sarana olahraga lainnya," kata Glen kepada Tribun Manado, Selasa (7/1).
Mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Airmadidi ini bercerita, ia dan rekan sekampungnya berfutsal di Manado tiga kali seminggu yakni Rabu, Jumat dan Sabtu. Rombongan berjumlah 15 orang tersebut memakai sepeda motor sebagai alat transportasi. Sesekali mereka menyewa mobil sewaan, jika ada yang punya rezeki. "Jika awal bulan teman saya terima gaji lalu menyewakan mobil untuk kami," katanya.
Sewaktu pergi ia menyiapkan baju, celana dan sepatu yang kesemuanya diisikan dalam tas gendong.
Demi hobi bermain bola, ia tak keberatan bolak - balik Minut - Manado. Namun terbersit harapannya jika suatu waktu Minut punya sarana olahraga yang representatif semisal lapangan sepakbola. "Sarana olahraga juga musti dibangun karena pertambahan penduduk di Minut sangat pesat," ujar Glen.
Rivo Palit warga lainnya mengaku kebingungan mencari tempat menyalurkan hobi bermain bola.
Tinggal di daerah perumahan, sebuah bangunan telah berdiri di atas lahan yang dulunya digunakan untuk main sepakbola. Sempat memaksa bermain bola di jalan perumahan selebar sekira 3 meter, hal itu tak berlanjut. "Tak nyaman banyak mobil dan ompreng lewat, belum lagi jika bola kena jendela tetangga," katanya.
Kebingungan akhirnya mengantar mereka menjadi pecandu playstation yang setia. "Kami akhirnya cuma bisa main PS," ujar Rivo.
Sarana olahraga di Minut memang minim. Tak ada fasilitas olahraga yang representatif atau lapangan sepakbola seperti di Manado, Bitung, Minahasa dan Tondano. Di beberapa desa memang terdapat lapangan sepakbola atau voli. Hanya saja lapangan itu tak bertahan lama, karena dibuat hanya untuk momen tertentu seperti lomba kolom. Masyarakat yang berada di sekitar kompleks tentara lebih beruntung, Mereka bisa memanfaatkan fasilitas olahraga milik tentara.
Tak adanya fasilitas olahraga menyebabkan potensi anak muda tak tersentuh, hingga dari Minut jarang muncul atlet berprestasi.
Yang cukup mengkhawatirkan adalah fenomena balap liar yang marak di kalangan anak muda Minut akibat tiadanya sirkuit olahraga. Selain sarana olahraga, sarana hiburan dan rekreasi tergolong minim. Banyak warga memilih berakhir pekan di Manado, hingga uang jutaan rupiah berputar di kota tetangga.
Grace Pusung seorang warga menilai Minut perlu sebuah stadion olahraga yang multi fungsi. "Sudah waktunya Minut punya stadion olahraga," ucap Grace.
Stadion olahraga penting bukan hanya untuk pembinaan olahraga, tapi juga bisa difungsikan sebagai sarana rekreasi, bahkan menjadi ikon kabupaten. Membuat stadion memang butuh banyak biaya, tapi menurutnya itu bisa disiasati dengan memberdayakan semangat mapalus. "Stadion Maesa contohnya, stadion tersebut dibangun tahun 90 an lalu dengan uang seribu rupiah tiap warga," tandasnya.(arthur rompis)
Anda sedang membaca artikel tentang
Minut Minim Sarana Olahraga
Dengan url
http://dimanadoyodo.blogspot.com/2014/01/minut-minim-sarana-olahraga.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Minut Minim Sarana Olahraga
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar