Mimpi Buruk '15 Januari' Masih Membayangi

Written By Unknown on Sabtu, 10 Januari 2015 | 11.36

TRIBUNMANADO.CO.ID - Memori kita masih menyimpan jelas rekaman peristiwa bencana alam yang menghantam berbagai wilayah Sulawesi Utara, Rabu 15 Januari 2014 silam. Hari itu sejumlah wilayah Sulut luluh lantak oleh bencana alam. Banjir bandang menerjang Manado. Tiga perempat wilayah Kota Tinutuan terendam.

Tak jauh dari Manado, ruas Jalan Raya Manado Tomohon--tepatnya di titik KM 13 dan KM 16 putus akibat tanah longsor. Banjir juga merendam beberapa wilayah di Minahasa Raya dan Bolmong Raya.

Bencana membawa kerugian moril maupun materil. Ratusan rumah tak bisa ditinggali, ribuan jiwa terpaksa mengungsi. Rantai perekonomian daerah sempat lumpuh beberapa saat. Sebuah kerugian besar. Paling memiriskan hati, bencana hampir setahun lalu itu menelan belasan korban jiwa. Sebuah harga yang tak bisa ditukar dengan apapun.

Setahun hampir berselang, musim penghujan pun tiba. Musim hujan yang seharusnya patut disyukuri justru mendatangkan mimpi buruk. Trauma akan bencana alam 15 Januari 2015 itu kembali datang. Hujan deras beberapa jam saja, menghadirkan kepanikan luar biasa dan harap cemas di benak warga Manado. Banjir bandang setahun lalu memberi pukulan, dampak psikologis luar biasa.

Mimpi itu makin menjadi-jadi dua hari terakhir kala hujan deras disertai angin kencang menerpa wilayah Manado dan sekitarnya. Puncaknya, Jumat (9/12/2015) kemarin. Hujan yang mengguyur Kamis (8/1/2015) malam hingga Jumat dini hari membuat beberapa titik rawan banjir terendam.

Air luapan Sungai Sumompo merendam sebagian wilayah Kelurahan Mahawu, Kecamatan Tuminting. Air setinggi perut orang dewasa mengakibatkan puluhan kepala keluarga, ratusan jiwa mengungsi sementara. Menjelang siang air mulai surut. Namun, korban banjir belum bisa kembali ke rumah. Mereka masih takut banjir susulan datang.

Masih di hari yang sama, ruas jalan Amurang-Modoindong putus. Tanah longsor membuat akses antara Desa Kapitu dan Desa Tewasen putus. Arus transportasi satu-satunya lumpuh total. Warga Motoling, Ranoyapo, Tompaso Baru hingga Modoindong yang akan ke Manado atau pulang dari arah sebaliknya harus melewati Trans Sulawesi lalu memutar melalui Kotamobagu.

Cuaca ekstrim saat ini menjadi lampu merah pada kita untuk lebih awas. Makin waspada. Kita yang tinggal di wilayah rawan banjir dan longsor, lebih baik mencari tempat lebih aman untuk ditinggali sementara waktu. Keselamatan jiwa di atas segala-galanya.

Pemerintah daerah, instansi terkait harus melihat fenomena tahunan ini sebagai sebuah persoalan serius. Aksi kontigensi darurat bencana seharusnya dipersiapkan dini, lebih terkordinir dan terpadu melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat.

Lebih dari itu, ada hikmah yang harus kita ambil: kita wajib hidup bersahabat dan menghargai alam. Banjir, tanah longsor dan bencana alam datang karena perilaku hidup kita yang kurang menghargai arti pentingnya kelestarian lingkungan hidup.

Kita bersyukur, tak ada korban jiwa akibat dua peristiwa kemarin. Semoga, dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat akhir-akhir ini, tak ada peristiwa bencana lebih dahsyat. Kita hanya bisa berdoa banjir di Tuminting dan longsor di Minsel merupakan yang terakhir. Kiranya Sang Khalik memberikan perlindungan agar peristiwa hampir setahun lalu itu tak terulang. (*)

Ikuti berita-berita terbaru di tribunmanado.co.id yang senantiasa menyajikan secara lengkap berita-berita nasional, olah raga maupun berita-berita Manado terkini.


Anda sedang membaca artikel tentang

Mimpi Buruk '15 Januari' Masih Membayangi

Dengan url

http://dimanadoyodo.blogspot.com/2015/01/mimpi-buruk-15-januari-masih-membayangi.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Mimpi Buruk '15 Januari' Masih Membayangi

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Mimpi Buruk '15 Januari' Masih Membayangi

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger