Tajuk Tamu: Godaan Bernama Kekuasaan

Written By Unknown on Jumat, 05 September 2014 | 11.35

Denny Indrayana
* Wakil Menteri Hukum dan HAM RI

TRIBUNMANADO.CO.ID - Hanya tinggal menunggu waktu! Dan, rupanya Rabu (3/9/2014) dinilai oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah waktu yang tepat menetapkan Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai tersangka terkait dugaan tindak pidana korupsi pengadaan proyek di Kementerian ESDM.
Terlepas dari waktu yang dipilih, indikasi keterlibatan Jero Wacik dalam kasus dugaan korupsi pengadaan proyek di Kementerian ESDM sudah terendus lama oleh KPK.

Meski kabarnya lolos dari kasus Rudy Rubiandini, mantan Kepala SKK Migas yang terlibat dalam kasus gratifikasi, KPK mengendus adanya praktik jahat pada pengadaan proyek di Kementerian ESDM yang digawangi Jero Wacik.

Dengan status tersangka itu, dipastikan pos baru Jero Wacik di DPR RI mewakili Partai Demokrat bakal lepas. Bahkan, Jero Wacik pun bakal menyusul mantan koleganya di kabinet, Andi Malarangeng yang sudah lebih dulu menghuni bilik penjara dalam kasus korupsi di Kemenpora. Penetapan tersangka terhadap Jero Wacik menambah panjang daftar elite Partai Demokrat yang dicokok oleh KPK.

Sebelumnya, dua petinggi Partai Demokrat di DPR RI, M Nazaruddin dan Angelina Sondakh sudah lebih dulu digiring KPK ke balik terali besi. Keduanya terlibat praktik jahat pada sejumlah proyek di Kemenpora. Sementara Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat - kini masih duduk di kursi pesakitan - terjerat dugaan kasus grativikasi pada proyek Hambalang. Nama lainnya, Ketua Komisi VII DPR Sutan Bathoegana - sudah ditetapkan sebagai tersangka sejak Juni lalu - juga tergelincir licinnya lantai di Kementerian ESDM.

Banyak kalangan menilai, inilah yang menyebabkan suara Partai Demokrat pada pemilihan umum lalu terjun bebas. Keterlibatan banyak elite Partai Demokrat dalam perbuatan jahat menjadi salah satu alasan rakyat tidak lagi memilih partai yang mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden RI untuk dua periode.

Kekuasaan memang telah membutakan mata hati para elite politik di negeri ini. Sudah tidak terhitung banyaknya elite politik kita pasca-Orde Baru yang menjadi warga binaan di lembaga-lembaga pemasyarakatan. Kita tidak perlu melihat fase Orde Baru - yang memang merupakan periode muram segala sisi kehidupan sosial, politik dan hukum di negeri ini. Celakanya, orde reformasi justru menjadikan para elite politik buta dan rakus akan kursi kekuasaan.

Alhasil, data setiap priode pemerintahan - pasca-Orde Baru - praktik jahat (korupsi) elite politik semakin masif dengan nilai kerugian urang negara yang tidak terhingga. Fakta bahwa ketika satu rezim berkuasa, praktik jahat oleh lingkaran kekuasaan seolah menjadi sebuah kelaziman. Ini yang kemudian oleh banyak kalangan dikatakan kekuasaan adalah sarana terbaik bagi elite politik untuk mencapai segala keinginan.

Bagaimana dengan rezim baru? Benar, presiden terpilih Joko Widodo menegaskan menghindari kabinet transaksional dan memilih para pembantunya didasarkan pada profesionalistas. Dengan standar profesionalisme itu apa lantas kemudian bisa menghapuskan praktik jahat di tubuh-tubuh kementerian, lembaga atau badan lainnya? Harus diingat, Jokowi adalah aset politik PDI Perjuangan yang sudah barang tentu punya banyak kepentingan dalam kekuasaan.

Artinya, selama partai politik melalui orang-orangnya masih cawis-cawis di dalam pemerintahan, rasanya sangat naif kalau pemerintahan mendatang pun tidak jauh lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya. Pengalaman mengajarkan kepada kita bahwa politik itu tidak gratis, dan harus dikonpensasikan melalui sesuatu yang menguntungkan secara timbal balik. Nah, cara berpolitik seperti ini kita yakini akan tetap ada dalam tubuh pemerintahan mendatang.

Kini tinggal kejelian, kesigapan, dan ketegasan lembaga-lembaga penegak hukum mencermati prilaku elite politik yang memanfaatkan kesempatan dari sebuah kekuasaan. Kita semua sangat tidak berharap label jelek selalu melekat pada setiap rezim pemerintahan. Sudah saatnya para elite politik belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu. Para elite politik harus benar-benar membuka mata hati, dan menekan setiap pikiran jahat dari ajakan sang penggoda bernama: kekuasaan!


Anda sedang membaca artikel tentang

Tajuk Tamu: Godaan Bernama Kekuasaan

Dengan url

http://dimanadoyodo.blogspot.com/2014/09/tajuk-tamu-godaan-bernama-kekuasaan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Tajuk Tamu: Godaan Bernama Kekuasaan

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Tajuk Tamu: Godaan Bernama Kekuasaan

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger