Tiki Taka Hingga Teka-teki Bola Indonesia

Written By Unknown on Selasa, 01 Januari 2013 | 11.35

Perhatian publik sepak bola tertuju ke Ukraina dan Polandia pada 8 Juni sampai 1 Juli 2012. Di rentang waktu itu, Piala Eropa atau Euro 2012 digelar di dua negara tersebut. Memang ini kejuaraan antarnegara di seluruh Eropa, tapi gemanya hampir sama dengan Piala Dunia. Sebab, banyak bintang besar dan gaya sepak bola menarik yang dipamerkan.

Secara tim, Spanyol pun menguasai wacana, pujian, dan perhatian. Dengan gaya sepak bola tiki taka, Spanyol menjadi yang terbaik di Eropa. Mereka memamerkan kedigdayaan sepak bola dengan gaya tiki taka. Di final, Spanyol menghajar Italia 4-0 lewat gol David Silva, jordi Alba, Fernando Torres, dan Juan Mata.

Spanyol kembali menegaskan dominasi sepak bola mereka. Mereka menjadi negara pertama yang mampu mempertahankan gelar supremasi sepak bola Eropa itu, setelah sebelumnya juara pada edisi 2008. Dua tahun sebelumnya, mereka juga menancakpkan dominasi di sepak bola dunia. Untuk pertama kalinya, mereka menjuarai Piala Dunia 2010.

Sepak bola tiki taka pun kemudian menjadi primadona. Sebab, gaya sepak bola ini tak hanya menawarkan efektivitas permainan, tapi juga memamerkan keindahan.

Sayang, di tingkat klub mereka gagal menjuarai Liga Champions. Juara bertahan Barcelona yang juga kental dengan tiki taka terhenti di final oleh Chelsea. Sementara Real Madrid dihentikan Bayern Muenchen. Lalu, final menyuguhkan kejutan. Chelsea yang kurang diperhitungkan, akhirnya tampil sebagai juara pada final 19 Mei. Mereka mengalahkan Bayern Muenchen yang juga bertindak sebagai tuan rumah lewat adu penalti.

Di tingkat pemain, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo masih mendominasi tahun 2012. Kedua bintang ini terus diperbandingkan untuk mencari yang terbaik. Namun, secara statistik Messi lebih unggul. Ia membukukan 73 gol dan 24 assist selama musim 2011-12 di semua kompetisi. Sementara Ronaldo hanya membukukan 60 gol dalam semusim di semua kompetisi. Di Liga BBVA, Messi membukukan 50 gol dan jadi top skorer, sedangkan Ronaldo hanya membukukan 46 gol. Di Liga Champions, Messi juga menjadi top skorer dengan 14 gol.

Sebagai catatan, Messi merupakan salah satu master tiki taka di sepak bola Barcelona. Bersama Andres Iniesta dan Xavi Hernandez, mereka dinilai sebagai jantung permainan Barcelona yang kental dengan gaya tiki taka.

Lalu, bagaimana dengan sepak bola Indonesia? Negeri ini bukannya semakin bagus, tapi justru terperosok dalam situasi terburuk. Sepak bola Indonesia menjadi korban politisasi dan terpecah menjadi dua kubu. Pembinaan sepak bola pun menjadi korban, juga berimbas ke timnas. Pemain juga menjadi korban, ibarat dua gajah bertarung pelanduk hancur di tengahnya. Sebab, mereka bingung harus ikut kubu yang mana baik dalam memilih kompetisi maupun membela timnas. Dualisme sepak bola sudah mencapai tahap meresahkan, jika tak boleh dibilang menjijikkan. Bahkan, kepengurusan pun terpecah menjadi dua kubu, PSSI dan KPSI.

Keduanya membangun kompetisi tersendiri. Bahkan, keduanya juga membentuk timnas untuk mengikuti Piala AFF 2012. Sebuah drama menggelikan, sekaligus memalukan. Sebab, bagaimana mungkin perpecahan ini mengatasnamakan pembinaan sepak bola dan kepentingan bangsa, jika produk akhirnya justru mengorbankan pembinaan sepak bola dan kebanggaan bangsa.

Semakin tegas bahwa sepak bola Indonesia berada di titik nadir setelah peringkat FIFA per Oktober menempatkan Indonesia di urutan ke-170. Itu peringkat terburuk Indonesia dalam sejarah sepak bola. Satu gambaran menyedihkan lagi, Indonesia dihajar Bahrain 0-10 pada laga terakhir Grup E babak kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia Grup E, Rabu (29/2/2012).

Semakin menyedihkan jika mengingat kerusuhan suporter makin sering muncul. Bahkan, kematian suporter karena keributan semakin banyak. Tewasnya tiga suporter pada partai Persija lawan Persib di Jakarta, misalnya, sudah cukup menohok ulu hati.

Bagaimana kelanjutan drama picisan sepak bola Indonesia yang dimainkan dua aktor (kubu) dengan aroma politis itu? Rasanya semakin tak jelas. Sebab, segala upaya persatuan seolah menemui deadlock. Bahkan, beberapa anggota Joint Committee (JC) mengundurkan diri, termasuk ketuanya, Todung Mulya Lubis. Padahal, JC dibentuk sebagai mediasi untuk menyatukan kedua kubu.

Ini memperdalam teka-teki sepak bola Indonesia. Tak ada yang bisa menjawab sampai kapan sepak bola negeri ini terus terjebak dalam teka-teki membingungkan dan meresahkan ini. Mungkin menunggu pulihnya syaraf malu, atau hati tulus untuk berjuang demi kepentingan bangsa, terutama dari para aktor-aktor kepengurusan entah apa nama organisasinya. Sebab, sejak awal ketika Ir Suratin merintis organisasi PSSI untuk mewadahi sepak bola, motivasinya adalah berjuang demi bangsa lewat sepak bola.

Bisa dikatakan, sepak bola Indonesia sepanjang 2012 sangat menyedihkan, ya prestasinya, ya kepengurusannya, ya konfliknya, ya masa depannya yang makin membuat cabang olahraga terpopuler ini makin dalam teka-teki.


Anda sedang membaca artikel tentang

Tiki Taka Hingga Teka-teki Bola Indonesia

Dengan url

http://dimanadoyodo.blogspot.com/2013/01/tiki-taka-hingga-teka-teki-bola.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Tiki Taka Hingga Teka-teki Bola Indonesia

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Tiki Taka Hingga Teka-teki Bola Indonesia

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger